VIRAL, JAKARTA – Berbagai lembaga survei mencoba bermanuver membangun framing calonnya masing-masing. Anies Baswedan yang enggan membayar lembaga survei pun jadi bulan-bulanan. Semua hal yang secara teori menaikkan elektabilitas, oleh lembaga survei justru diputarbalikkan.
Ketika Anies Baswedan dideklarasikan oleh partai Nasdem, dalam teori, elektabilitas Anies harusnya naik, tapi oleh lembaga survei malah dibalik, bukan hanya elektabilitas Anies yang tidak naik, malah disebutkan bahwa Nasdem surveinya turun.
Saat Demokrat memutuskan mengusung Anies, elektabilitas Anies tetap saja ditempatkan dibawah, bahkan ketika PKS mencukupkan syarat Presidential Threshold, survei Anies juga tak beranjak, padahal saat itu, satu-satunya bakal calon presiden yang memenuhi presidential Threshold hanya Anies Baswedan.
Lucunya, ketika Ganjar yang terus merajai surevi tiba-tiba digusur oleh Prabowo Subianto hanya karena Presiden Jokowi memberi signal akan mendukung Prabowo Subianto.
Bukan hanya itu, Pooling yang dilakukan oleh berbagai elemen baik media massa maupun kelompok masyarakat selalu saja memenangkan Anies Baswedan.
Bahkan ketika Prabowo, Anies dan Ganjar turun ke masyarakat, tampak jelas bagaimana masyarakat begitu antusias menyambut Anies jauh lebih tinggi dibandingkan Ganjar dan Prabowo.
Nah, yang terbaru dari Survey Litbang Kompas makin lucu, Kompas sendiri menyebutkan bahwa hanya 18,1% yang mau memilih calon yang direkomendasikan oleh Jokowi itupun diperebutkan oleh dua bakal calon presiden tapi yang mau meneruskan program pak Jokowi justru berada diperingkat satu dan dua, Ujar Muhammad Ramli Rahim (Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies).