Andi Amran Sulaiman, Rela Tutup Bisnis Demi Integritas

VIRAL, JAKARTA — Kekayaan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersumber dari berbagai macam bisnis yang digeluti di bawah bendera TIRAN Group, utamanya di sektor pertanian yang memang sejak awal dirintis.

Namun, siapa sangka bahwa salah satu menteri kesayangan Prabowo Subianto itu ternyata rela menutup bisnisnya yang terkait dengan kementerian dipimpinnya.

Bacaan Lainnya

Hal itu dilakukan demi menjaga integritas, sekaligus tetap teguh dengan prinsipnya yang tidak bisa kompromi terhadap prilaku korupsi.

“Di sini (TIRAN Group) yang bisa berhubungan itu adalah (bisnis) pestisida. Sejak 2014 begitu kami jalan (sebagai Menteri Pertanian) kami tutup. Tutup permanen sampai sekarang,” ujar Amran.

Keputusan Amran menutup bisnisnya itu mungkin banyak dianggap merugikan, khususnya bagi para tenaga kerja. Namun, nayatanya itu tidak terjadi.

Amran mengaku tidak mungkin membiarkan seluruh pekerjanya di bisnis tersebut menderita. Dia hanya tinggal menggeser mereka ke bisnis lainnya yang tidak berhubungan dengan pertanian.

Bisnis-bisnis tersebut ada banyak, seperti tambang, gula, sawit, SPBU, unilever atau distributor, dan lain sebagainya.

“Aku tinggal pindahkan mereka carikan pekerjaan lain. Karena menurut saya, berbuat baik saja belum tentu semua orang percaya, apalagi ada celah. Katakanlah (pestisida) tidak dijual di sini (Kementan), tapi dijual petani. Itu masih bisa dihubungkan bahwa ini racunnya laku karena menterinya yang promosi,” ujarnya.

BACA JUGA:  Survei LSI Denny JA : Andi Sudirman-Fatma 61,4%, Danny Pomanto-Azhar 12,9%

Bagi Amran, lagi-lagi ia hanya tidak ingin menciptakan situasi dimana orang bisa berdosa karena memfitnahnya. Sekalipun secara hitung-hitungan bisnis tentu saja dia harus menanggung rugi.

Tapi, kembali lagi, Amran tidak menganggap itu sebagai kerugian. Justru adalah sebuah keberuntungan.

“Justru inilah keberuntungan yang tertinggi karena kita bisa mengerti pada rakyat Indonesia, bisa membantu 280 juta penduduk Indonesia, dan tabungan sesungguhnya itu adalah kebaikan,” ucapnya.

“Jadi kalau saya tabungan sesungguhnya adalah yang kita lakukan ini karena berbakti pada bangsa dan negara,” tegas dia.

Lebih lanjut Amran mengingat kembali bagaimana dia berjuang untuk membangun usaha racun tikusnya dari awal. Penuh dengan tantangan, karena semuanya serba kekurangan.

“Kami rintis racun tikus itu kami minta izin pulang kampung, terus meminta restu orang tua. Aku mau merantau mau mencari jalan di Jakarta. Saat itu dengan berat hati kami direstui dan kami hanya diberikan uang waktu itu Rp500 ribu dari pinjaman bank,” cerita Amran.

Setelah mendapatkan restu dan modal yang sebenarnya sangat kurang, Amran lalu berangkat ke Jakarta dengan menggunakan kapal laut.

Sesampainya di sana, dia sempat kebingungan karena harus mencari tempat tinggal. Memang ada keluarga, namun dia tidak tahu dimana dan harus menghubungi siapa.

“Untung kami ada teman satu alumni Unhas, kami telepon dia suruh temani saya namanya Pak Lubis. Saya katakan, teman aku di Jakarta ini naik kapal laut, lalu katanya oke nanti kita ketemu,” bebernya.

Amran mendengar itu merasa sangat senang, padahal dirinya tidak mengetahui kalau ternyata temannya itu juga hidup susah di Jakarta.

BACA JUGA:  Kementrian keuangan Perwakilan Sulsel, Gelar Konferensi pers tentang Kinerja APBN Anging Mammiri Triwulan II

“Jadi kami susah berdua, karena begitu sampai di Jakarta itu modal uang yang tersisa hanya tinggal Rp300 ribu saja. Nah kalau kita nginap di hotel tidak mungkin. Makanya kami cari masjid untuk menginap waktu itu,” ungkap dia.

Amran mengingat betul, waktu itu mereka menginapnya di Masjid Istiqlal selama dua hari dua malam. Namun saya, ada kejadian tak terduga yang membuat mereka harus berpindah ke masjid lainnya.

“Tiba-tiba ada orang niatnya tidak baik masuk di Istiqlal malam-malam, akhirnya kami lari, kami pindah ke masjid Bintaro. Tapi kami lupa nama masjidnya apa. Kami tidur di situ subuh dikasih bangun orang ditanya kita salat sama-sama,” bebernya lagi.

Setelahnya, lanjut Amran, orang masjid sampai bingun dan bertanya, kemana mereka akan pergi. Amran menjawab bahwa mereka ingin mendaftarkan hak paten untuk formula pestisida TIRA atau Tikus Mati Diracun Amran.

“Ternyata daftarkan hak paten itu sangat mahal, jadi kami pulang,” pungkasnya.

Amran pulang ternyata karena ingin mencari pekerjaan lain demi mendapatkan uang tambahan agar hak patennya bisa diterima dan terdaftar.

“Kami pulang waktu itu cari kerjaan lagi. Kemudian saya izin lagi aku minta jadi PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) terendah di sektor pertanian,” ucapnya.

Secara kebetulan, ternyata orang yang bertanggung jawab untuk pengurusan hak paten menggelar seminar di Makassar. Amran pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung ke sana berharap bisa bertemu langsung dengan orang tersebut.

BACA JUGA:  Tamsil Linrung: Visi Pertanian Andi Sudirman Sulaiman Sejalan dengan Program Presiden 

“Kami tunggu depan pintu, terus salaman. Pak kami urus hak paten tapi kami tidak punya uang untuk biaya bolak-balik Jakarta. Kami tidak punya dana untuk membiayai dan seterusnya. Kami orang miskin orang tidak punya. Kami datang ke sini ada jaraknya sekitar 200 kilo dari Bone ke Makassar. Ini kami datang untuk ketemu Bapak saja, tapi kalau bapak tidak bisa mengeluarkan (hak paten) ini aku serahkan ke bapak saja yang penting digunakan untuk rakyat kecil,” ujar dia.

Setelah menyampaikan itu, tidak disangka ternyata satu bulan kemudian hak paten dikeluarkan. Di situlah awal Amran mulai merintis dengan baik usaha racun tikus miliknya yang diawali dengan memberikannya secara gratis sampai 13 tahun lamanya.

Dari situlah, menurut Amran perjuangan selama 36 tahun lamanya menjadikan dirinya sosok yang tidak bisa melihat orang kesusahan. Dia merasakan betul apa yang namanya menderita.

Olehnya, dalam hati Amran untuk makan-minum dan segalanya bila sudah didapatkam, itu sudah cukup. Baginya tidak perlu lebih, sehingga bisa untuk membantu orang lain.

“Cita-cita tertinggi kami adalah kalau orang lain tersenyum, kalau saya hadir memberikan manfaat hidupku pada orang lain dalam bentuk apapun, karena kami ingin melindungi orang miskin khususnya petani. Karena kami pernah merasakan 36 tahun di posisi mereka. Jadi denyut nadi Petani Indonesia aku tahu,” pungkas Muhammad Ramli Rahim, Kepala Sekolah Institut Bisnis dan Profesi IKA Unhas dan Ketua Bidang Pengembangan Sumber Daya dan Inovasi Alumni Pengurus Pusat IKA Unhas 2022-2026 (*)

Pos terkait